Su’udzon Santri terhadap Kiyai


Pada suatu malam seorang Kiyai melihat ada seekor ular menyusup masuk ke dalam mulut salah seorang santrinya yang sedang tidur, (sebut saja namanya itu Kang Yahya). Sang Kiyai itupun segera membangunkan santri tersebut dan memberinya makan sejumlah apel busuk dan menyuruhnya minum sebanyak-banyaknya.

Si-Santri (Kang Yahya) yang tidak tahu atau belum menyadari bahaya yang mengancam dirinya itu, mulai timbul perasaan su’udz dzon terhadap Kiyainya dan merasa di dzolimi dengan memaksanya memakan sejumlah apel busuk dan meminum air sebanyak-banyaknya.

“Kiyai…, apa salahku kepada kiyai sehingga kiyai menyiksaku begini kejam”. Kata Kang Yahya sambil makan apel busuk dan menangis sesunggukan.

Sang Kiyai yang sedang gopoh ((bhs jawa) - berusaha secepat mungkin) menyelamatkan nyawa Kang Yahya itu, tidak memperhatikan atau tidak mendengar omongan Kang Yahya, atau bahkan memang sengaja membiarkan Kang Yahya itu dengan anggapannya. Sementara sang Kiyai masih terus memaksa Kang Yahya memakan apel busuk dan meminum air sebanyak-banyaknya.

Melihat Kang Yahya sudah mulai lemas karena telah banyak minum dan makan apel busuk, sang Kiyai menyuruh Kang Yahya tidur kembali. “Nah sudah, sekarang tidurlah kembali … “. Kata sang-Kiyai sambil mengelus pundak Kang Yahya.

Setelah jama’ah sholat subuh dan mengaji, sang-Kiyai bertanya kepada santri-santri lain tentang keadaan Kang Yahya. “Shubuh tadi dibangunkan, tidak bangun-bangun Kiyai”, jawab salah seorang santri.

Mendengar jawaban itu, sang-Kiyai langsung berdiri dan berjalan cepat menuju kamar Kang Yahya. Sesampainya di kamar Kang Yahya, sang-Kiyai melihat Kang Yahya menangis sesunggukan, sementara di depannya ada banyak muntahan dan ada ularnya yang masih hidup dimuntahan itu.

Menyadari kiyainya datang Kang Yahya langsung menghampiri dan menciumi tangan kiyainya; “Terima kasih kiyai, engkau telah menyelamatkan hidupku, dan maafkan aku kiyai atas kata-kataku tadi malam dan kekurang ajaranku kepada kiyai, karena aku telah berani su’udz dzon kepada kiyai”. Kata Kang Yahya sambil menangis dan terus menciumi tangan kiyainya”.

Catatan ; Para pembaca jangan protes, jangan menyalahkan, juga jangan bertanya-tanya tentang kebenaran kisah ini, yang jelas kisah ini bukanlah Qur’an atau Hadits yang harus dipercayai. Silahkan membacanya dengan seksama kemudian mengambil hikmah dan ibroh darinya dengan cara dan kemampuan masing-masing, mungkin setiap pembaca akan mendapatkan hikmah dan ibroh yang berbeda.

islamiro

Menegakkan ajaran Islam menurut paham Ahlussunnah Wal Jama'ah di tengah-tengah kehidupan masyarakat, di dalam wadah NKRI

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak