Ujian Orang Tua Terhadap Anaknya


Pada suatu ketika, duduklah seorang laki-laki tua dan seorang laki-laki muda dan ganteng. Dari tampangnya sepertinya keduanya adalah orang-orang yang berduit, borju. Keduanya adalah ayah dan anak yang sedang bersenda gurau dan bercengkerama di taman samping rumahnya. Keduanya terlihat bahagia.

Ketika Sang Ayah melihat seekor burung yang datang dan hinggap di pohon, Sang Ayah itu bertanya kepada anaknya ; “Nak, itu apa?”. Anaknya menjawab ; “Burung Gagak, ayah”. Mendengar jawaban anaknya, sang ayah itu tersenyum. Selang beberapa menit, sang ayah itu bertanya lagi ; “Nak, itu apa?”. Anaknya menjawab ; “Burung Gagak, ayah”. Sekali lagi sang ayah tersenyum mendengar jawaban anaknya. Kelihatan orang tua itu bahagia sekali.

Tenyata sang ayah tidak berhenti menanyakan itu kepada anaknya ; “Nak, itu apa?”. Anaknya menjawab ; “Burung Gagak”. Ayahnya tersenyum sambil bertanya dengan pertanyaan yang sama. Anaknya kembali menjawab ; “Burung Gagak, Burung Gagak, ayah”. Sang Ayah kembali tersenyum, dan kembali lagi bertanya dengan pertanyaan yang sama ; “Nak, itu apa?”.

Anaknya kembali menjawab, namun kali ini anaknya menjawab sambil berdiri dan marah-marah karena kesal terhadap ayahnya yang selalu bertanya itu-itu lagi. Kata anak itu ; “itu Burung Gagak ayah, Burung Gagak ayah, Burung Gagak, apa ayah tuli, udah saya jawab berkali-kali masih ditanyakan terus, itu burung Gagak ayah”.

Mendengar jawaban anaknya yang sambil marah-marah itu, Sang Ayah terus berdiri dan berjalan masuk kerumah. Anaknya bingung, geram dan tidak tahu harus berbuat apa. Sebelum hilang rasa geram dan kebingungannya, ayahnya sudah datang lagi menghampirinya sambil menyodorkan sebuah buku diary yang sudah sedikit usang. Kemudian ayahnya kembali masuk kedalam rumah.

Si-anak langsung membaca buku diary yang diberikan ayahnya itu. Ternyata, buku diary keramat itu, berisi tulisan-tulisan ayahnya dulu saat si-anak masih kecil ; “Hari ini anakku genap berusia 5 tahun, aku ajak dia main di halaman depan rumah, ketika melihat burung gagak, anakku bertanya kepadaku ; “itu apa ayah?”, aku menjawab ; “Burung Gagak Nak”. Namun dia masih saja bertanya hingga 25 kali dengan pertanyaan yang sama, karena rasa sayangku kepadanya, aku jawab pertanyaan itu dengan gembira, dengan sesekali mencium pipinya”.

Setelah membaca itu, si-anak berfikir dan sadar, “ayahku menjawab pertanyaan yang sama dariku sebanyak 25 kali dengan senyuman dan kasih sayang, tapi aku”, lanjut si-anak, “baru 5 kali ditanyai dengan pertanyaan yang sama, sudah geram dan marah-marah, anak macam apa aku ini”, pungkas anaknya sambil berlari masuk ke rumah dan menghampiri ayahnya sambil menangis meminta maaf ; “Maafkan aku ayah, maafkan anakmu yang tak tahu diri dan tak pintar berterima kasih ini ayah, maafkan aku ayah”. Anak itu terus menangis sesunggukan memohon maaf kepada ayahnya, sampai ayahnya memeluk erat anak kesayangannya itu.

Kisah ini sebenarnya sudah banyak ditulis oleh orang-orang di MEDSOS bahkan sudah divideokan dan saya pernah menontonnya. Tapi saya ingin mengangkat kisah ini lagi agar semakin membuming dan banyak yang tahu kisah ini. Tujuannya, paling tidak meminimalisir terjadinya uququl walidain (durhaka terhadap ortu).

islamiro

Menegakkan ajaran Islam menurut paham Ahlussunnah Wal Jama'ah di tengah-tengah kehidupan masyarakat, di dalam wadah NKRI

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak