Hokum Sholat Fardu dengan Duduk di Atas Kursi


Berangkat dari pemahaman bahwa orang yang tidak mampu sholat fardlu dengan berdiri maka boleh menjalankan sholat fardu dengan duduk. Sedangkan model duduknya itu terserah kemampuan musholli (orang yang sholat). Hanyasaja yang utama yaitu dengan cara duduk iftirosy-duduk tasyahhud awal. (Bidayatul Muhtaj Syarah Manhaj, 1/232). Kemudian sekarang ini bisa kita lihat ada orang-orang yang sholat fardlu dengan duduk di atas kursi, “Sahkah?”.

Sah sebagaimana disebutkan dalam kitab Bidayatul Muhtaj di atas, namun hanya bagi orang yang tidak mampu berdiri saja yang boleh sholat dengan duduk di kursi, itupun ia harus turun kebawah untuk bersujud seperti biasa jika ia mampu, tapi kalau ia-pun tidak mampu untuk bersujud seperti biasa maka ia baru boleh sujud dengan isyaroh- dengan membungkuk lebih dalam daripada membukuknya saat rukuk.

Dalam Istifta’at an-Nas lil Imam as-Syahid al-Bhuti, hal. 99, disebutkan, “Bahwa permasalahan. shalat di atas kursi hukumnya kembali pada keterangan dokter yang terpercaya dalam urusan orang yang sakit. Jika dokter melarangnya untuk duduk dengan menekuk dua lututnya di tanah maka tidak ada cara lain kecuali ia harus sujud di atas kursi. Shalat demikian dihukumi sah menurut seluruh mazhab.

Jika dokter melarangnya untuk berdiri karena suatu sebab, tapi ia tidak melarang untuk melakukan gerakan-gerakan lainnya, seperti sujud dengan meletakkan dahinya di tanah, maka wajib baginya untuk sujud di tanah, dan tidak sah shalat yang ia lakukan di kursi kecuali jika melakukan sujudnya dengan turun di tanah seperti yang lainnya. Jadi mengkhususkan kursi tidak ada artinya dan tidak dibutuhkan pada keadaan demikian (artinya, bisa dengan cara yang lain)”

Terakhir, perlu sekali kita memperhatikan apa yang telah ditegaskan oleh Imam Nawawi dalam Syarhun-Nawawi ala Muslim, bahwa melaksanakan shalat fardhu dengan cara duduk bagi orang yang masih mampu untuk berdiri itu tidak sah, bahkan berdosa, bahkan menurut Ashabus Syafii dihukumi kafir jika ada orang yang membolehkan sholat fardlu dengan duduk padahal masih mampu berdiri.

Referensi :
بداية المحتاج شرح المنهاج ١- ٢٣٢.  (ولو عجز عن القيام .. قعد) بالإجماع (كيف شاء) لإطلاق حديث عمران بن الحصين، ولا ينقص ثوابه، لأنه معذور. (وافتراشه أفضلُ من تربُّعه) وتوركِه وغيرِهما (في الأظهر) لأنه قعود العبادة، فكان أولى من التربع الذي هو قعود العادة، وإنما فضل على التورك؛ لأنه قعود تَعْقُبه حركة، فأشبه التشهدَ الأول، والثاني: التربع أفضل؛ لئلّا يلتبس بالتشهد، وصححه جمع، وقال الماوردي: إن التربع للمرأة أفضل، لأنه أستر لها.

(استفتأات الناس للإمام الشهيد البوطى : 99).  مسألة الصلاة على الكرسي يعود حكمه إلى ما يقوله الطبيب الموثوق به للمريض، فإن منعه من الصلاة قاعداً، أي منعه من ثني ركبتيه على الأرض، فليس أمامه إلا الصلاة على الكرسي عندما يهوي للسجود، وصلاته عندئذ صحيحة على كل المذاهب، وإن منعه من الصلاة قائماً لسبب ما ولم يمنعه من الحالات الأخرى أي لم يمنعه من السجود على الأرض بوضع جبهته عليها، وجب عليه ذلك ولم تصح صلاته على الكرسي إلا إن هوى عند السجود على الأرض كغيره. وخصوصية الكرسي لا معنى لها ولا حاجة إليها عندئذ. أما صرف المال الذي جمع لبناء المسجد حصراً فلا يجوز صرفه لشراء هذه الكراسي وإنما يصرف لذلك من المال الذي جمع من أصحابه بهذا القصد.

شرح النواوى على المسلم : (6/14).  وأما الفرض فإن الصلاة قاعدا مع قدرته على القيام لم يصح فلا يكون فيه ثواب بل يأثم به قال أصحابنا وإن استحله كفر وجرت عليه أحكام المرتدين كما لو استحل الزنى والربا أو غيره من المحرمات الشائعة التحريم.

islamiro

Menegakkan ajaran Islam menurut paham Ahlussunnah Wal Jama'ah di tengah-tengah kehidupan masyarakat, di dalam wadah NKRI

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak