Sang Maha Kiyai I Syaikhina Maimun Zubair Sarang


Pagi menjelang siang, di Pondok Pesantren Al Hidayat, Lasem, Rembang, sekitar tahun 1950. Para kiai berkumpul di ruang tamu ndalem Mbah Ma'shum, untuk suatu acara. Seperti umumnya, para kiai saling beramah tamah.

"Putra Kiai Zubair Sarang datang dari Mekkah," seorang kiai mengabarkan kepada segenap tamu. Ramah tamah yang awalnya "biasa-biasa saja" seperti berubah menjadi sesuatu yang luar biasa.

"Siapa namanya?" Mbah Ma'shum bertanya. Beliau perlu bertanya sebab orang yang dibicarakan belum masuk lingkaran kiai khos di lingkungan Mbah Ma'shum (yang saat itu telah berusia 80 tahun).

"Gus Maimun...," jawab kiai pemberi kabar. Para kiai di ndalem itu, sebenarnya, masih banyak yang belum mengenal putra Mbah Zubair yang bernama Gus Maimun itu. Akan tetapi, setelah hening beberapa waktu, ada respon.

"Dia orang 'alim...," Mbah Ma'shum memuji. "Dia seorang faqih...," kiai lain memujinya. "Dia seorang sufi...," ungkap kiai lainnya lagi. Para kiai secara bergantian terus memuji Gus Maimun itu, seolah pernah berguru kepadanya, atau berteman. Masing-masing kiai, yang semuanya keramat, menyebutkan sifat, karakter serta kelebihan seorang Gus Maimun, dan beliau semuanya manggut-manggut. Seperti ada kesepakatan batin.

Setelah masing-masing kiai menyampaikan ungkapannya, hening sebentar. Lalu Kiai Hamid Pasuruan, yang hadir di ndalem Mbah Ma'shum, menutup pujian-pujian para kiai atas Gus Maimun itu dengan kalimat berbahasa Arab;

انّه ذكيّ عالم صالح مفسّر محدّث فقيه صوفيّ وليّ من أولياء الله 

Pernyataan pujian Kiai Hamid di atas, yang diungkapkan hampir 70 tahun lalu, adalah yang paling valid mengenai Gus Maimun alias Simbah Maimun Zubair. Gampangnya maksud dari ungkapan Kiai Hamid Pasuruan tadi, kurang-lebihnya, "Simbah Maimun Zubair adalah Maha Kiai".

Kini, Sang Maha Kiai telah meninggalkan kita. Inna lillahi wainna ilaihi rojiun. Selamat jalan, Maha Kiai Simbah Maimun Zubair, mohon doanya semoga kami bisa melaksanakan pesan dan nasehatm. 

(Kisah hikmah ini ditulis oleh M Luthfi Thomafi yang diriwayatkan dari ayahnya yaitu KH. Ahmad Thoifur Lasem)

islamiro

Menegakkan ajaran Islam menurut paham Ahlussunnah Wal Jama'ah di tengah-tengah kehidupan masyarakat, di dalam wadah NKRI

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak