Kemulyaan Bulan Syawal


Syawal merupakan salah satu bulan mulya setelah bulan ramadlan. Bulan syawal bukanlah bulan biasa. Allah memberikan amalan yang menjanjikan pahala besar jika dilakukan. Bulan syawal menawarkan ibadah-ibadah sunnah yang bisa menyempurnakan Ibadah di bulan Ramadlan. Misalnya, puasa sunah selama 6 hari di bulan Syawal. Sedangkan ibadah puasa memiliki banyak keutamaan, mempunyai tempat istimewa di mata Allah. Sebagaimana yang diterangkan dalam hadits dar Abi Sholih az-Zayyat, ia mendengar dari Abi Hurairah ra, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda :

عَنْ أَبِى صَالِحٍ الزَّيَّاتِ أَنَّهُ سَمِعَ أَبَا هُرَيْرَةَ يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم: كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ إِلاَّ الصِّيَامَ فَإِنَّهُ لِى وَأَنَا أَجْزِى بِهِ. وَالصَّوْمُ جُنَّةٌ فَإِذَا كَانَ يَوْمُ صَوْمِ أَحَدِكُمْ فَلاَ يَرْفُثْ يَوْمَئِذٍ، وَلاَ يَسْخَبْ، فَإِنْ سَابَّهُ أَحَدٌ أَوْ قَاتَلَهُ فَلْيَقُلْ: إِنِّى امْرُؤٌ صَائِمٌ. وَالَّذِى نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَخُلُوفُ فَمِ الصَّائِمِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ، وَلِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ يَفْرَحُ بِهِمَا إِذَا أَفْطَرَ فَرِحَ بِفِطْرِهِ، وَإِذَا لَقِىَ رَبَّهُ فَرِحَ بِصَوْمِهِ. (أَخْرَجَهُ الْبُخَارِىُّ مِنْ حَدِيثِ هِشَامِ بْنِ يُوسُفَ عَنِ ابْنِ جُرَيْجٍ، وَأَخْرَجَهُ مُسْلِمٌ مِنْ حَدِيثِ عَبْدِ الرَّزَّاقِ عَنِ ابْنِ جُرَيْجٍ). 

"Setiap amal manusia adalah untuk dirinya kecuali puasa, ia (puasa) adalah untuk-Ku dan Aku sendiri yang akan memberi pahalanya, puasa itu tameng. Kemudian, jika saat seseorang berpuasa tidak berbicara buruk dan tidak menimbulkan keributan, jika ada yang memakinya atau mengajaknya berperang, ia bilang “saya sedang berpuasa”, maka demi Allah yang menguasai jiwa Muhammad, bau mulut orang yang berpuasa itu lebih harum di sisi Allah dibandingkan wangi minyak kasturi….( Imam Baihaqi, as-Sunanul Kubro, di bawahnya al-Jauharun Naqi, juz 4, halaman 270).

Berkaitan dengan keutamaan puasa enam hari di Bulan Syawal, Rasulullah SAW bersabda ;

عَنْ أَبِي أَيُّوبَ الْأَنْصَارِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ رواه مسلم وأبو داود والترمذي والنسائي وابن ماجه 

Dari Abi Ayyub Al-Anshori RA. Bahwasanya Rasulullah SAW bersabda; “Barang siapa yang puasa Ramadlan, kemudian di ikuti dengan puasa enam hari pada bulan syawal, maka dia seperti puasa satu tahun”. (HR. Muslim, Abu Daud, Tirmizhi, Nasa’i dan Ibnu Maajah). Hukum berpuasa enam hari di bulan Syawal adalah sunah yang boleh dilaksanakan mulai tanggal dua Syawal. Apabila melaksanakan puasa sunah Enam hari ini pada tanggal satu Syawal maka hukumnya tidak sah dan haram. Dalam hadits disebutkan, dari Abu Sa'id al-Khudri, dia berkata,

عَنْ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ وَأَبِيْ هُرَيْرَةَ وَأَبِيْ سَعِيْدٍ رضي الله عنهم أَنَّ رَسُوْلَ اللّهِ صلى الله عليه وسلم نَهَى عَنْ صَوْمِ يَوْمِ الْفِطْرِ وَيَوْمِ الْأَضْحَى. 

“Nabi Muhammad Saw melarang berpuasa pada dua hari raya; idul fitri dan idul adha.(maksudnya tanggal satu Syawal atau sepuluh bulan Dzulhijjah . Praktik berpuasa 6 hari di bulan Syawal sama dengan berpuasa di bulan Ramadlan, boleh bersahur dan berhenti sahur saat waktu imsak. Perbedaannya, pada saat melaksanakan puasa 6 hari di bulan Syawal, boleh dilakukan secara berurutan atau berselang hari yang penting masih di bulan Syawal.

islamiro

Menegakkan ajaran Islam menurut paham Ahlussunnah Wal Jama'ah di tengah-tengah kehidupan masyarakat, di dalam wadah NKRI

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak