Kisah Orang Yang Baru Turun Gunung


Pada suatu saat, ada seseorang yang menganggap bahwa dirinya cukup pintar dan banyak pengalaman, datang ke sebuah kota besar dan megah. Karena baru pertama kali ini dia keluar, ia merasa bingung dengan banyaknya orang di jalanan kota itu, berjubal dan ramai. Ia baca tulisan-tulisan yang ada di tempat-tempat di kota besar itu, ia dengerin pembicaraan orang-orang yang berlalu lalang di jalanan. Ia berharap dengan membaca dan dengar-dengar itu, ia paham dan mengenal sejatinya kota besar itu, lalu ia bisa sampai ke tempat yang ia tuju.

Ia terlihat begitu enjoi dan tenang, meskipun sebenarnya ia selalu khawatir dan gelisah, juga takut kalau-kalau ia tersesat dan tidak sampai ketujuannya, bahkan ia takut kalau sampai ia tertukar dengan orang lain (maklum- pengagum diri sendiri, hehehe……). Sehingga setiap kali ia tidur, ia selalu mengikat kepalanya dengan kain putih, agar tidak tertukar dengan orang lain, di kota yang besar, megah dan ramai itu.

Selang beberapa hari di kota besar itu, ia menemukan orang-orang yang menurutnya cokok untuk dijadikan sahabat. Akhirnya ia pun mulai bisa bercanda, bergurau dan kakak-kikik dengan sahabat-sahabatnya itu. Sampai pada suatu malam ada sahabatnya yang usil, karena penasaran, ‘kenapa setiap kali tidur kepalanya selalu diikat dengan kain putih itu’.

Sahabatnya yang usil itu, mencari-cari kesempatan agar bisa melepaskan kain putih pengikat kepala orang itu. Kesempatan itupun akhirnya datang juga. Ikat kepala itu ia lepas dan ia ikatkan ke kepala patung monyet yang ada didepan kamar tidur tempat menginap orang itu. 

Pagi-pagi sekali orang itu terbangun dan kaget karena kain putih pengikat kepalanya sudah tidak ada lagi; ia bingung, mondar-mandir dan melongak-longok ke kolong tempat tidur, mencari-cari ikat kepalanya itu, namun tidak ia temukan, iapun menjadi gelisa dan khawatir, jangan-jangan ia bukan dirinya lagi dan tertukar dengan orang lain.

Dengan lesu dan muram, orang itu keluar dari kamar, dilihatnya kain pengikat kepalanya itu, terikat rapih di kepala patung monyet. Ia mengira patung monyet itulah dirinya. Kemudian ia datang menghampiri patung monyet itu sambil berteriak marah, "Kalau kau itu diriku, lalu siapa ini yang ada di tubuhku?", ia ulangi kata-kata amarahnya itu berkali-kali, lalu ia pun tersungkur sedih, lesu dan geram.

#manarofanafsahuarofarobbahu
#belajarbutuhtalaqqidengangurudanbutuhproses
#janganandalkantulisandandengersanasiniyangtidakjelaskebenarannya
#belajardengantekundihadapanaguruyangsudahjelasistiqomahdanwirainya
#janganmenganggapsemuanyaseriusagartakgelapmata 

islamiro

Menegakkan ajaran Islam menurut paham Ahlussunnah Wal Jama'ah di tengah-tengah kehidupan masyarakat, di dalam wadah NKRI

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak