Cerita Karomah Mbah Hasyim Asy’ari


Saat ngaji, KH. Tahmid Syihabuddïn Jagalempeni pernah bercerita tentang pengalamannya saat mondok di Jombang, Tebu Ireng, di tempat Mbah Hasyim Asy’ari.

“Tahmid, tadi ada kang santri yang bilang kalau di ndalem Mbah Hasyim ada tamu. Cepat kamu ke ndalem.” Bahruddin memberi kabar pada keponakannya, Tahmïd kecil.

“Nggih paman..” Tahmïd bergegas.

” Eh…eh..eh..eh… mbok ya sholat dulu. Nanti kamu ketahuan lho kalau kamu belum sholat.”

” Nanti saja paman. Hari panas sekali. Barusan pelajarannya di madrasah ilmu falak. Kepala ku pusing. Nanti sekalian mandi supaya segar baru sholat.”

“Yo wis, terserah kamu saja.”

Tahmid segera menuju rumah sederhana gurunya yang terletak di sebelah utara masjid agak ke timur sedikit itu. Ia masuk sambil membungkuk.

Tak disangka tak diduga, gurunya bertanya tanpa menghakimi,

” Tahmïd sampun shalat?”

Entah karena gugup, takut, atau apa tanpa ada niat sebelumnya untuk berbohong. Dari mulut santri lugu itu meluncur jawaban,

“Sammmmmpuuuuuuuun….sudah Mbah Yai.”

“Tahmiiid…. sana sholat dulu!! Mbah Hasyim setengah membentak, dalam posisi masih duduk di kursinya.

Tahmid kaget bukan kepalang ternyata gurunya tahu kalau ia belum sholat. Ia gemetar, tak kuasa untuk berubah dari posisi bersimpuhnya. Ia ingin bergerak tapi tak kuasa. Alot dan rasa nya panas dingin. Keringat ‘brayoh’ mengucur begitu derasnya.

Kemudian, Mbah Hasyim menghampiri Tahmïd sambil menepuk-nepuk pundaknya.

“Sana sholat dulu… lain kali jangan gugup dan ‘bohong’. Biar tamu ini aku ladeni sendiri.”

Dan Tahmïd pun merasa badan nya kembali enteng. Segera ia menuju ke bilik kamarnya…..

Ilaa Mbah Hasyim Asy’ari, Abah Tahmïd Syihabuddïn dan sesepuh Nahdlatul Ulama Al Fatihah ..........

(Cerita dari K. Abdul Haq Brebes yang mendengar langsung dari KH. Tahmid Jagalempeni saat ngaji)

islamiro

Menegakkan ajaran Islam menurut paham Ahlussunnah Wal Jama'ah di tengah-tengah kehidupan masyarakat, di dalam wadah NKRI

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak