Prinsip Berda’wa Kaum Sufi


Kaum Sufi, terutama di Indonesia dalam berda’wa, selalu mengedepankan akhlaqur karimah. Keberhasilan Wali Songo dalam menyebarkan Islam di Nusantara, cukup menjadi bukti kesantunan dan kemulyaan akhlaq kaum sufi, baik dalam amar ma’ruf maupun nahi munkar. Sehingga Indonesia menjadi mayoritas muslim meskipun dijajah ratusan tahun oleh orang-orang non muslim. Berkat Kaum Sufi, kita mengenal dan memeluk Islam.

Dengan demikian, sudah seharusnya kita menyukuri ni’mat Allah itu dan berterima kasih kepada mereka (Kaum Sufi) yang dengan gagah berani dan santun sudi mengajarkan Islam kepada orang-orang tua kita dan kemudian bermanfaat juga bagi kita. “Man Lam Yaskurin Nas Lam Yasykurillah” (Barang siapa tidak bisa berterima kasih kepada manusia, maka ia tidak mungkin bisa mensyukuri ni’mat-ni’mat Allah).

Jadi, Seharusnya setiap da’i bisa mengambil contoh dan memperhatikan prinsip-prinsip da’wa mereka, agar tidak menyimpang dari riel dan Agama Islam menjadi Agama yang Rahmatal Lil ‘Aalamin. Sebagai umat Nabi Muhammad SAW, kita harus selalu ingat dan meneladani beliau, Beliau bukanlah Pencaci, Beliau Bukanlah Pencela, Beliau juga bukan orang yang kasar dan mudah menyalahkan orang lain.

Berikut ini adalah di antara prinsip-prinsip dasar berda’wa Kaum Sufi:
  • Pertama, menghormati serta menjunjung tinggi dua kalimat syahadat. Prinsip ini meniscayakan tindakan seorang da’i untuk tidak mudah mengkafirkan, dan menyesatkan seseorang, selagi dia masih mengikrarkan dua kalimat syahadat. Tindakan mudah menyematkan status “syirik, bid’ah dan khurofat” kepada saudara seiman, itu sama halnya dengan mencabik kesakralan dua kalimat syahadat.
  • Kedua, menghormati al-Kitab dan as-Sunnah dengan mempelajari dan mengajarkan serta dengan tidak membeda-bedakan diantara keduanya.
  • Ketiga, senantiasa mempelajari ilmu-ilmu yang bermanfaat dan mengamalkannya, baik dalam perkataan maupun perbuatan, selalu dilandasi spirit mengamalkan ilmu yang didapat. Dan inilah yang selalu menjadi dasar mereka dalam mendidik masyarakat. Karena bagaimanapun, tindakan nyata lebih memberikan pengaruh daripada sekedar ajakan lisan.
  • Keempat, mencintai Allah dan Rasulnya serta menyebarkannya di masyarakat. Hal tersebut, salah satunya, bisa dilakukan dengan membaca sejarah Nabi dan memperbanyak membaca sholawat kepada Nabi. Karena memupuk nilai cinta (mahabbah) kepada Allah dan Rasul-Nya, adalah jalan untuk mengamalkan perintah dan larangan-Nya.
  • Kelima, memandang umat dengan penuh rahmah dan kasih sayang, sebagaimana yang diajarkan oleh Rasulullah. Rasulullah diutus adalah untuk menjadi rahmat untuk seluruh alam. Prinsip ini bisa diterjemahkan ke dalam aktivitas dakwah yang penuh rahmat, dan menjauhi tindakan anarkis.
  • Keenam, menjaga tradisi baik yang sudah berlaku di masyarakat. Seorang da’i tidak boleh serta merta memberangus tradisi baik yang ada di masyarakat tempat ia berdakwah. Ia juga mengingatkan, bahwa akulturasi terhadap tradisi adalah kebutuhan mutlak dalam dakwah. Menolak berkompromi dengan tradisi, sama halnya menjadikan aktivitas dakwah kekurangan gizi.
  • Ketujuh, Prinsip yang terakhir, adalah menjauhi persaingan dalam ranah politik. Bagi mereka, persaingan di dalam perebutan kememimpinan seringkali menimbulkan perpecahan di antara umat. Oleh karena itu, perhatian mereka lebih ditujukan kepada hal yang lebih penting, yaitu dakwah kepada Allah.

islamiro

Menegakkan ajaran Islam menurut paham Ahlussunnah Wal Jama'ah di tengah-tengah kehidupan masyarakat, di dalam wadah NKRI

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak