Perjuangan Air sehingga Menjadi Hujan


Air sungai mampu mengalir melewati apapun, melewati tebing, lembah, jalanan berbatu dan lain-lain, namun ia tak berkutik melawan padang pasir. Ia berusaha keras melewatinya, akan tetapi setiap kali ia mencobanya ia segera lenyap ditelan pasir. Padahal ia yakin sekali bisa melewati padang pasir itu, namun. Namun takdir berkata lain.

Tiba-tiba terdengar suara, "Kalau angin bisa menyeberangi padang pasir, maka sungai pun bisa melakukannya”.

Mendengar itu, Sungai tidak percaya, sebab ia sudah mencobanya berkali-kali. Akan tetapi padang pasir itu selalu menghisap airnya.    

Kemudian terdengar lagi suara; "Kalau caramu menyebrang tetap seperti yang kau lakukan itu maka kau akan lenyap terhisap atau menjadi rawa”. “Oleh karena itu”, lanjut suara itu, “Kau harus mengizinkan angin membawamu menyeberangi padang pasir itu, dengan membiarkan dirimu terserap angin”.

"Angin…!”, kata Si Pasir. Rupanya yang bersuara itu adalah Angin.

“Ada apa?”, jawab Angin

“Coba ceritakan bagaimana rencanamu, agar aku percaya”. Kata Sungai.

“Aku akan menyerapmu lalu membawamu menyebrangi Padang Pasir dan terbang setinggi-tinginya, setelah itu kau akan aku jatuhkan kembali, berupa air hujan”. Jelas angin

"Bagaimana aku bisa yakin bahwa itu benar?". Angin kembali meyakinkan dirinya sendiri dengan bertanya lagi kepada Angin.

"Itu benar. Kalau kau tak mempercayainya, kau hanya akan menjadi rawa, itupun butuh waktu yang cukup lama. Rawa bukanlah dirimu aslinya". Jawab Angin, meyakinkan.

"Apa tidak ada jalan lain?", pinta Sungai.

"Tidak ada, itu adalah satu-satunya cara agar engkau bisa melewati Padang Pasir dengan selamat, meskipun wujudmu ketika aku jatuhkan lagi nanti, tidaklah seperti dirimu yang awal”. Angin kembali menjelaskan. “Dan engkau tidak usah kawatir”, lanjut Angin, "Bagian intimu memang terbawa terbang, akan tetapi nanti akan membentuk sungai lagi".

Mendengar hal itu, Sungai mulai percaya dengan omongan Angin. Samar-samar, ia ingat akan keadaan ketika bagian dari dirinya berada dalam pelukan angin. Tak lama kemudian sungai itu pun mulai membubungkan uapnya ke tangan-tangan angin yang terbuka lebar, begitupun Angin, dengan sigap dan tangkas mengangkat dan menerbangkannya. Setelah sudah sangat tinggi, Angin mulai melepas dan membiarkannya jatuh merintik lembut

Bagian dari Sungai (yaitu air) mulai turun membasahi bumi, membentuk parit-parit dan sungai-sungai kecil, mengalir ke lembah-lembah, menyiram tanaman dan ppepohonan hingga bumi terlihat hijau ranau. "Ya, kini aku mengenal diriku yang sebenarnya." Bisik Sungai, karena mendapat pelajaran dan pengalaman yang mengagumkan.

Melihat itu, Padang Pasir bergumam, “Aku tahu semua itu pasti akan terjadi, tapi”, lanjut Pasir, “kadang Angin keterlaluan bertiup begitu kencang sehingga memporak porandakan isi bumi”.

“Maafkan aku kawan, kadang aku memang tak mampu mengendalikan diriku”.  Kata Angin sambil tersenyum getir.

Silahkan maknai sendiri kisah di atas, silahkan direnungi dan ambil hikmahnya, sesuai dengan hasil renungan dan pemikiran pembaca, "fa;tabiruu ya ulil albab".

islamiro

Menegakkan ajaran Islam menurut paham Ahlussunnah Wal Jama'ah di tengah-tengah kehidupan masyarakat, di dalam wadah NKRI

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak