Hizbut Tahrir Sang Pemuja Khilafah


Hizbut Tahrir (HT) adalah organisasi transnasional yang berkeinginan untuk memiliki negara sendiri yang mereka sebut sebagai khilafah dengan klaim bahwa "produk khilafah" mereka tersebut mengikuti manhaj Nabi dan para sahabatnya. Setting khilafah yang mereka inginkan adalah sesuai dengan format yang sudah mereka buat dalam buku-bukunya. HT masuk ke Indonesia sekitar tahun 70-an kemudian menjadi Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).

Hizbut Tahrir berarti Partai Pembebasan. Bentuk mereka adalah partai karena awalnya mereka memang partai di Yordania. Di Indonesia, mereka mendaftarkan diri kepada pemerintah sebagai ormas (organisasi masyarakat). Dalam proses pendaftarannya sebagai ormas di pemerintah Indonesia yang mereka sebut sebagai Thaghut itu terjadi perdebatan dikalangan HT sendiri. Waktu itu mereka ribut di internal mereka meskipun pada akhirnya mendaftarkan diri sebagai ormas.

Dalam perkembangannya, HT selalu mengopinikan tentang khilafah dimasyarakat sebagai cita-cita mereka. Disamping mengopinikan tentang khilafah, mereka sambil menyerang pemerintah, kebijakan apapun dikritik, tiada hari tanpa kritik kepada pemerintah, pokoknya pemerintah bagi mereka wajib di kritik, harus dicari celahnya untuk dikritik dan dikesankan buruk di mata masyarakat, agar masyarakat membenci pemerintahnya sendiri. Salah satu "ajaran mereka" adalah serang pemerintah, karena pemerintah bagi mereka adalah pemerintah Thaghut, pemerintah yang bukan berdasarkan Islam.

Tidak hanya serang pemerintah, tetapi juga pihak lain atau kelompok-kelompok Islam lain. Misalnya seperti NU dan Muhammadiyah. Serangan mereka kepada kelompok Islam sangat massif. Mereka menyerang kepada pucuk pimpinan ormas tersebut, khususnya Nahdlatul Ulama yang paling banyak mereka serang, yaitu Ketua Umum PBNU. Mereka ingin menjauhkan masyarakatnya dari pimpinan masyarakatnya.

Selain itu, didalam halaqah-halaqah internal mereka, didalam kegiatan pengkaderan internal mereka, para mentor yang disebut musyrif selalu mem-brainwashing (mencuci otak) orang-orang 'terjebak' ikut kepada mereka. Didalamnya diajarkan tentang keunggulan Hizbut Tahrir, sementara ormas lain dianggap sebagai ormas atau kelompok yang tidak membawa kebangkitan kepada Islam dan ikatannya sangat rapuh. Oleh karena itu butuh Hizbut Tahrir.

Jadi, korbannya di-cuci otaknya agar menganggap bahwa NU tidak membawa kebangkitan umat dan Islam, meskipun NU mayoritas Islam Ahlussunnah wal Jama'ah, memiliki banyak pesantren dan sekolah-sekolah Islam, memperjuangkan kemerdekaan, dan lain sebagainya. Semua itu dianggap tidak membawa kebangkitan versi mereka. Kebangkitan versi mereka adalah tegaknya khilafah sesuai keinginan mereka.

Demikian juga dengan Muhammadiyah, menurut mereka- tidak membawa kebangkitan pada umat Islam, meskipun turut memperjuangkan kemerdekaan, memiliki banyak lembaga-lembaga pendidikan, dan lain sebagainya. Semua itu tidak mengarahkan umat kepada kebangkitan versi mereka.

Sementara mereka sendiri (HTI) tidak ada kontribusinya pada perjuangan umat Islam dan kemerdekaan, tidak memiliki pesantren dan lembaga pendidikan kecuali beberapa saja yang baru mereka bangun seperti Hamfara dan lain sebagainya.

Bagi mereka pokoknya adalah Khilafah. Khilafah adalah sistem yang paripurna. Semua persoalan bisa selesai dengan khilafah. Semua kader mereka di 'cuci otaknya" dalam perhalaqahan tiap pekan sekali agar memiliki pemikiran seperti itu. Sehingga tulisan-tulisan mereka baik kritik kepada pemerintah Indonesia, tentang persoalan umat dan lainnya selalu diakhir tulisannya adalah "khilafah solusinya". Semua diarahkan bahwa solusinya adalah khilafah, sampai-sampai "sakit gigi" pun, solusinya adalah khilafah menurut mereka.

Dengan pola pikir seperti itu, semua tenaga mereka diarahkan untuk mengopinikan khilafah. Didalam mengopinikan khilafah tersebut, mereka membuat media baik online maupun cetak seperti Buletin Jum'at AL-ISLAM, majalan Al-Wa'ie dan lain sebagainya. Disamping situs-situs milik syabab-syabab mereka yang memiliki peranan yang sama didalam mengopinikan khilafah dan menyerang pemerintah.

Mereka juga rutin melakukan kegiatan tiap bulan sekali di lokasi tertentu seperti di masjid atau tempat-tempat lain yang dimaksudkan sebagai "kontak mereka" dengan masyarakat. Selain bulanan, juga ada tahunan atau momentum-momentum tertentu.

Apa Itu Forum Khilafah Internasional 1438 H ?

Salah satunya adalah momentum bulan Rajab. HTI menjadikan momentum bulan Rajab untuk menggelar kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan khilafah.  HTI mengambil momentum bulan Rajab karena pada bulan tersebut dihapuskannya Khilafah Turki Utsmani, bukan karena terjadinya peristiwa Isra' Mi'raj Nabi Muhammad SAW atau alasan lainnya. Murni karena urusan model kekuasaan yang dihapuskan.

Tahun 2017 atau Rajab 1438 Hijriyah, HTI menggelar kegiatan yang mereka beri nama "FORUM KHILAFAH INTERNASIONAL 1438 H" atau Internasional Khilafah Forum, dengan tema "Khilafah Kewajiban Syar'i Jalan Kebangkitan Umat.". Kegiatan tersebut digelar di beberapa kota dan diakhir rangkaian kegiatan, ada kegitan puncak yang rencananya akan berlangsung di Gedung Balai Sudirman Jakarta Selatan, tetapi tidak diizinkan pihak kepolisian, sehingga rencananya akan beralih ke Bogor.

Kegiatan forum tersebut adalah murni forum Hizbut Tahrir, tidak ada sangkut paut dengan ormas Islam lain. Kegiatan tersebut dihadiri oleh orang-orang yang dianggap tokoh dikalangan Hizbut Tahrir. Isi kegiatan dengan orasi-orasi tentang motivasi-motivasi tentang khilafah. Setelah itu bubar.

Disamping kegiatan itu, biasanya ada kegiatan lain yang dilakukan bersamaan, tahun ini mereka menggelar kegiatan yang disebut MAPARA atau Masirah Panji Rasulullah, pawai dengan mengibarkan bendera yang mereka klaim bendera Nabi. Pawai tersebut juga rutin tiap tahun.

Rutinitas Sama, Beda Nama

Tahun-tahun yang lalu, HTI juga menggelar kegiatan yang sama tapi nama dan tema berbeda. Sama karena isinya orasi motivasi tentang khilafah kemudian bubar. Ibaratnya peserta hanya menghadiri kegiatan rutin mereka tiap tahun, disamping memiliki kegiatan tiap bulan.

Tahun lalu 2016, mereka beri nama "Muktamar Tokoh Umat (MTU) 1437 H" dengan tema "Syariah dan Khilafah Mewujudkan Islam Rahmatan Lil-Alamin".

Tema "Rahmatan Lil Alamin" yang mereka bawa dimaksudkan untuk mengimbangi dan menandingi "Rahmatan Lil-Alamin" versi kalangan mayoritas umat Islam. Ibaratnya mereka sebenarnya "numpak tema" karena tema tersebut dari dahulu memang dibawah oleh kalangan mayoritas Islam seperti Nahdltul Ulama dan lainnya. Isi kegiatan MTU adalah orasi-orasi motivasi tentang khilafah, kemudian bubar.

Tahun sebelumnya lagi, mereka beri nama "RAPAT DAN PAWAI AKBAR (RPA) 1436 H"dengan tema "Bersama Umat Tegakkan Khilafah".

Mundur lagi "KONFERENSI ISLAM DAN PERADABAN (KIP) 1435 H" dengan tema “Saatnya Khilafah Menggantikan Demokrasi dan Sistem Ekonomi Liberal”. Lebih jauh lagi " MUKTAMAR KHILAFAH (MK) 2013" dengan tema "Perubahan Besar Dunia Menuju Khilafah". Sebelumnya lagi "KONFERENSI TOKOH UMAT (KTU)" dan selain sebagainya.

Seluruh kegiatan tersebut formatnya sama, isinya pun, hanya namanya yang berbeda. Bagi mereka, "sesuatu yang disampaikan berulang-ulang akan dianggap sebagai kebenaran", mereka tidak peduli benar atau salah, yang penting mereka mengulang-ulang menyampaikan, seperti itu juga menyampaikan mengenai khilafah dan argumentasi mereka, hanya diulang-ulang setiap tahun. Supaya terkesan baru, nama dibuat berbeda. Sumber MusliMediaNews

islamiro

Menegakkan ajaran Islam menurut paham Ahlussunnah Wal Jama'ah di tengah-tengah kehidupan masyarakat, di dalam wadah NKRI

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak