Bab 1 Keutamaan Ilmu Dan Ulama


بسم الله الرحمن الرحيم
الحمدلله رب العالمين والعاقبة للمتقين ولا عدوان إلا على الظالمين والصلاة والسلام على خير خلقه محمد وعلى آله وصحبه أجمعين.

Sebelumnya perlu dimengerti bahwa kali ini kita akan ngaji bareng kitab karangan ulama' NUsantara- Syaikh Nawawi Banten -, yaitu TANQIHUL QOUL HATSITS Syarah Kitab LUBABUL HADITS Karangan Syaikh Jalaluddin as-Suyuthi. Pengajian ini akan saya bagi menjadi 40 bab, sebagaimana kitab aslinya.

Kitab matannya seperti pernyataan Syaikh Jalaluddin as-Suyuthi adalah kitab yang memuat tentang hadist-hadist Nabi dan perkataan Sahabat yang di riwayatkan dengan benar dan bisa di percaya, dan agar lebih ringkas beliau telah membuang beberapa sanadnya.

Sedangkan dalam kitab syarahnya...sesuai pernyataan Syaikh Nawawi Banten, bahwa kitab ini sekalipun di dalamnya ada hadits-hadits dloifnya tapi jangan diabaikan begitu saja, karena ulama sepakat bahwa hadits dloif masih bisa di pakai untuk Fadloilul A'mal.

BAB I
KEUTAMAAN ILMU DAN ULAMA

Allah Subhanahu Wata'ala berfirman;

شهد الله أنه لا إله إلا هو والملائكة وأولوالعلم قائما بالقسط

Allah Subhanahu Wata'ala, para Malaikat, dan orang-orang yang ber-ilmu yang berpijak pada keadilan bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Dia (Allah).

Perhatikan firman Allah di atas, Bagaimana Allah SWT mengawali (kesaksian ketuhanannya) dengan diriNya sendiri, lalu kedua adalah para Malaikat dan yang ketiga adalah para ahli ilmu. Hanya dengan ayat ini saja bisa di ketahui betapa mulya dan utamanya orang-orang yang berilmu.

وقال النبى صلى الله عليه وسلم لابن مسعود رضى الله عنه يا ابن مسعود جلوسك ساعة فى مجلس العلم لا تمس قلما ولا تكتب حرفا خير لك من عتق ألف رقبة ، ونظرك إلى وجه العالم خير لك من ألف فرس تصدقت بها فى سبيل الله ، وسلامك على العالم خير لك من عبادة ألف سنة

Nabi Muhammad SAW berkata pada Ibnu Mas'ud RA[1], "wahai ibnu mas'ud dudukmu sesaat di majlis ilmu tanpa memegang pena dan tanpa menulis satu hurufpun itu lebih baik bagimu daripada memerdekakan 1000 hamba sahaya, memandangmu kepada orang alim itu lebih baik bagimu daripada 1000 kuda yang engkau sedekahkan di jalan Allah, dan ucapan salammu kepada orang alim itu lebih baik bagimu dari pada ibadah 1000 tahun. (Al-hafidz ibnu mundziri dalam kitab durrotul yatimah).

Umar bin khattab RA berkata, "aku pernah mendengar Rosululloh SAW berkata " barang siapa berjalan menuju perkumpulan orang alim, maka setiap langkahnya dinilai100 kebajikan, jika dia duduk dan mendengarkan apa yang di katakan orang alim, maka setiap kalimat yang di ucapkan orang alim itu dinilai satu kebaikan baginya.. (Imam Nawawi dalam kitab Riyadlussolihin).

وقال صلى الله عليه وسلم فقيه متورع أشد على الشيطان من ألف عابد مجتهد جاهل ورع

Seorang alim fiqih (orang yang mengerti ilmu syari'at) yang wira'i (Orang yang menjaga diri dari perkara-perkara haram) itu lebih berat bagi setan daripada 1000 ahli ibadah yang bersungguh-sungguh dalam ibadahnya, bodoh dan wira'i.

Demikian itu, karena setiap kali setan telah membuka pintu hawa nafsu manusia dan menghiasi syahwat dalam hati mereka, maka ahli fiqih yang arif akan menjelaskan mereka tentang itu, sehingga pintu tipudaya itu menutup kembali, akhirnya setan kecewa. Berbeda dengan orang bodoh, terkadang dia sibuk dengan ibadah, padahal tidak ia mengerti, ia sedang dalam jeratan setan. (sebagaimana penjelasan al-Azizi memindah dari perkataan at-Thibi).

وقال صلى الله عليه وسلم فضل العالم على العابد كفضل القمر ليلة البدر على سائر الكواكب،

NAbi Muhammad SAW bersabda, "ke-Utamaan orang Alim (yang mengamalkan ilmunya) atas orang yang ahli Ibadah (yang tidak Alim) adalah seperti bulan purnama atas bintang-bintang.

Maksud dari 'keutamaan' adalah banyaknya pahala yang mencakup pemberian Allah SWT di akhirat, seperti, tingkatan-tingkatan di surga, kelezatannya, makanan dan minumnya juga bidadari-bidadarinya, dan pemberian Allah SWT yang berupah tingkatan kedekatannya kepada Allah dan ni’mat melihat dan mendengarkan kalamullah. Riwayat Abu Nuaim dari Muazh bin Jabal.

وفى رواية للحارث بن أبى أسامة عن أبى سعيد الخذرى عنه صلى الله عليه وسلم فضل العالم على العابد كفضلى على أمتى. وفى رواية للترمذى عن أبى أمامة: فضل العالم على العابد كفضلى على أدناكم.

Dalam riwayat harits bin Abi Usamah dari Abi Said alKhuzhri dari Nabi SAW, “ke-Utamaan orang Alim atas orang yang ahli Ibadah adalah seperti keutamaanku atas umat-umatku. Dalam riwayat Tirmidzi dari Abi Umamah " ke-Utamaan orang Alim atas orang yang ahli Ibadah adalah seperti keutamaanku atas orang terrendah dari kalian semua ." Maksudnya keutamaan orang alim atas orang yang ahli ibadah itu seperti keutamaan nabi Muhammad SAW atas adnaa syarofis shohabah “sahabat yang paling rendah kemulyaannya”.

Imam Al-Ghazali berkata, "Perhatikanlah…! Bagaimana nabi SAW mensejajarkan ilmu dengan derajat kenabian?, dan bagaimana nabi SAW merendahkan derajat amal (ibadah) yang tidak di sertai dengan ilmu?. (Jika seandainya dikatakan), tidak mungkin orang yang ahli ibadah tidak tahu dengan ibadah-ibadah yang biasa ia lakukan?. Maka jawabannya, Seandainya tidak ada orang berilmu tidak mungkin ada ibadah[2].

وقال صلى الله عليه وسلم من انتقل ليتعلم علما غفر له قبل أن يخطو. (رواه الشيرازى عن عائشة)

Rosululloh SAW bersabda, " barang siapa berpindah tempat (dari satu tempat ke tempat yang lainnya, baik dengan berjalan kaki atau dengan menaiki kendaraan) dengan tujuan belajar (ilmu syari'at) maka di ampuni dosa-dosanya (dosa-dosa kecil yang pernah ia lakukan) sebelum ia melangkah (dari tempatnya, jika niatnya karena Allah). (HR. Assyairozi dari A'isyah R.A.)

وقال صلى الله عليه وسلم أكرموا لعلماء فانهم عند الله كرماء مكرمون

Rosululloh SAW bersabda, "Muliakanlah Ulama[3] (Orang-Orang yang mengerti ilmu syariat dan mengamalkannya), karena mereka itu orang-orang Mulia (orang-orang pilihan Allah) dan yang di mulyakan pula (di kalangan Malaikat).

وعن أبي هريرة قال: سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول : إذا تَحَدَّثَ العَالِمُ فِي مَجْلِسِهِ بِالعِلْمِ وَلَمْ يَدْخُله هَزْلٌ وَلا لَغْوٌ، خَلَقَ الله تَعَالَى مِنْ كُلِّ كَلِمَةٍ طَلَعَتْ مِنْ فَمِهِ مَلَكا يَسْتَغْفِرُ الله لَهُ وِلِسَامِعِهِ إلَى يَوْمِ القِيَامَةِ فإذا انْصَرَفُوا مَغْفُورِينَ لَهُمْ، ثم قال: هُم القَوْمُ لاَ يَشْقَى بِهِمْ جَلِيسهم.

Dari Abi Huroiroh R.A berkata, “aku mendengar Rosululloh SAW bersabda", “Ketika seorang Alim berkata tentang ilmu di Majlisnya, dengan tidak bersenda gurau dan berbuat yang tidak bermanfaat, maka Allah menciptakan dari setiap kalimat yang di ucapkannya- malaikat-malaikat yang terus meminta ampunan Allah untuknya dan untuk orang-orang yang mendengarkannya sampai hari Kiamat., dan ketika mereka selesai-pulang, mereka dalam keadaan telah di ampuni dosa dosanya. Kemudian nabi Muhammad SAW bersabda lagi, "mereka adalah kaum yang tidak membuat celaka pengikutnya".

وقال صلى الله عليه وسلم من نظر الى وجه العالم نظرة ففرح بها خلق الله خلق الله من تلك النظرة ملكا يستغفر له الى يوم القيامة

Rosululloh bersabda, "Barang siapa memandang wajah seorang Alim -sekali pandangan saja dan Orang itu gembira dengan pandangan itu, maka Allah SWT menciptakan dari pandangan yang sekali itu- malaikat-malaikat yang terus meminta ampunan Allah untuknya sampai hari Kiamat.

Sayyidina Ali bin Abi Thalib Karromallohu Wajhah berkata, "Memandang wajah orang Alim itu Ibadah, juga menjadi cahaya mata dan hati. Ketika seorang Alim itu duduk di majlis untuk mengajarkan ilmu, maka setiap satu persoalan dia mendapat satu bangunan gedung di surge, demikian pula orang-orang yang mau mengamalkan persoalan itu. (riyadlus Sholihin).

وقال صلى الله عليه وسلم من أكرم عالما فقد أكرمنى ومن أكرمنى فقد أكرم الله ومن أكرم الله فمأواه الجنه

SAW bersabda, "Barang siapa memulyakan orang alim maka berarti dia sungguh-sungguh memulyakanku, dan siapapun yang memulyakanku, berarti dia juga memulyakan Allah dan siapapun yang memulyakan Allah maka tempatnya adalah Surga.

Rosululloh SAW bersabda, "Mulyakanlah Ulama', karena mereka adalah pewaris para Nabi. Barang siapa memulyakan mereka berarti mereka memulyakan Allah dan RosulNya. (HR. al-Khotib aL-Baghdady dari Jabir R.A.)

وقال صلى الله عليه وسلم نوْمُ العَالِمِ أَفْضَلُ مِنْ عِبَادَةِ الجَاهِلِ. أي نوم العالم الذي يراعي آداب العلم أفضل من عبادة الجاهل الذي لا يسلم آداب العبادة.

SAW bersabda, ("Tidurnya orang Alim itu lebih Utama daripada Ibadahnya Orang Bodoh[4]"). Maksudnya adalah Orang alim yang tidur dalam keadaan memelihara adabul ilmi itu lebih afdlol daripada orang bodoh yang beribadah tetapi tidak memperhatikan adabul ibadah.

وقال النبي صلى الله عليه وسلم: مَنْ تَعَلَّمَ بَابا مِنَ العِلْمِ يَعْمَلُ بهِ أوْ لَمْ يَعْمَلْ بهِ كَانَ أَفْضَلَ مِنْ أَنْ يُصَلِّي أَلْفَ رَكْعَةٍ تَطَوُّعا, هذا يدل على أن العلم أشرف جوهرا من العبادة، ولكن لا بد للعبد من العبادة مع العلم، وإلا كان علمه هباء منثورا كما روي عن أبي هريرة عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه قال: ما مِنْ عَالِمٍ لا يَعْمَلُ بِعِلْمِهِ إلاّ نَزَعَ الله رُوحَهُ عَلى غَيْرِ الشَّهَادةِ.

Nabi SAW bersabda, “belajar ilmu satu bab baik diamalkan atau tidak, itu lebih utama daripada sholat sunah 1000 rokaat”. Ini menunjukkan ilmu itu lebih mulya daripada ibadah, tapi meskipun demikian orang yang berilmu itu haruslah juga beramal agar ilmunya tidak seperti debu yang terbang berhamburan kemudian hilang tanpa bekas. Sebagaimana dijelaskan dalam hadits riwayat Abu Huroiroh, “Tidak ada seorang alimpun yang tidak mengamalkan ilmunya kecuali nanti Allah akan mencabut nyawanya dalam keadaan tidak bisa bersyahadat (menyaksikan ketuhanan Allah).

وقال النبي صلى الله عليه وسلم: مَنْ زَارَ عَالِما فَكَأَنَمَّا زَارَنِي، وَمَنْ صَافَحَ عَالِما فَكَأَنَّما صَافَحَنِي، وَمَنْ جَالَسَ عَالِما فَكَأَنَّما جَالَسَنِي في الدُّنْيَا، وَمَنْ جَالَسَنِي في الدُّنْيَا أَجْلَسْتُهُ مَعِي يَوْمَ القِيَامَةِ. وعن أنس بن مالك أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال : مَنْ زَارَ عَالِما فَقَدْ زَارَنِي، وَمَنْ زَارَنِي وَجَبَتْ له شَفَاعَتي، وكانَ لَهُ بِكُلِّ خَطْوَةٍ أَجْرُ شَهِيدٍ، وعن أبي هريرة قال : سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول: مَنْ زَارَ عَالِما ضَمِنْتُ لَهُ عَلى الله الجَنَّة. وعن علي بن أبي طالب أنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: مَنْ زَارَ عَالِما أيْ فِي قَبْرِهِ ثُمَّ قَرَأَ عِنْدَهُ آيةً مِنْ كِتَابِ الله أعْطَاهُ الله تَعَالَى بِعَدَدِ خطَوَاتِهِ قُصُورا فِي الجَنَّةِ وَكَانَ لَهُ بِكُلِّ حَرْفٍ قَرَأَهُ عَلَى قَبْرِهِ قَصْرٌ في الجَنَّةِ مِنْ ذَهَبٍ. كذا في رياض الصالحين.

Nabi SAW bersabda, “Barang siapa mengunjungi orang alim maka seolah-olah dia mengunjungiku. Barang siapa berjabat tangan dengan orang alim maka seolah-olah dia berjabat tangan denganku. Barang siapa duduk-duduk bersama orang alim maka seolah-olah dia duduk-duduk bersamaku di dunia, dan barang siapa duduk-duduk bersamaku di dunia maka aku tempatkan dia bersamaku pada hari kiamat”. Dari Anas bin Malik RA. “Bahwasanya Nabi SAW bersabda, “Barang siapa ziarah kepada orang alim maka sungguh ia (sama seperti) menziarohiku, barang siapa menziarohiku maka seharusnya ia mendapat syafaatku, dan setiap langkahnya diganjar pahala mati sahid.

Abu Huroiroh berkata, “Aku mendengar Rasuullah SAW bersabda, “barang siapa mengunjungi orang alim maka aku tanggung ia masuk surga”. Diriwayatkan dari Ali bin Abi Tholib RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “barang siapa ziarah (ke makam) orang alim kemudian membaca ayat-ayat alqur’an di sisi makom itu, maka Allah akan membangunkannya gedung di surge sebanyak langkah kakinya, dan setiap satu huruf yang ia baca di atas makam (orang alim itu) akan di ganjar oleh Allah satu gedung dari emas di surge”. (imam Nawawi dalam Riyadlus Sholihin).

Wallahu a’lamu bis showab.

[1]. (Namanya Abdulloh, dia adalah sahabat perjalanan Rosululloh SAW, orang yang selalu menyiapkan bantal dan sandal Rasulullah, dia juga yang selalu menyiapkan air untuk rasulullah bersuci diperjalanan. Perawakannya kurus dan sangatlah pendek seukuran satu dziro’, sangat hitam, termasuk salah satu sahabat nabi yang selalu berpakaian bagus dan wangi, betis kakinya kecil-kecil. Pernah dia mencabut kayu arok, karena ada angin dia terlihat bergerak kekanan kekiri sampai orang-orang yang melihat tertawa. Mendengar orang-orang tertawa, Rasulullah bertanya kepada mereka, “kenapa Kalian semua tertawa?”, karena kedua betisnya yang kecil-kecil itu wahai rasulullah. Kemudian Rasulullah bersabda, “ Demi Allah dzat yang menguasaiku, kalau dua betis itu ditimbang maka lebih berat daripada gunung uhud”.,).
[2] . Karena jelas tidak mungkin kita bisa beribadah kalau tidak belajar dari orang alim (berilmu).
[3]. Caranya, memulyakan dan berbuat baik kepada mereka dengan bertutur kata yang baik dan bertingkah laku yang sopan saat bergaul dengan mereka.
[4]. Dalam Riwayat Abi Nuaim dari Salman dengan sanad yang dloif disebutkan, ; “tidur yang sesuai ilmu itu lebih baik daripada ibadah dalam bodoh”. Ini karena terkadang orang bodoh itu menyangkah ibadahnya sah padahal tidak atau menyangka boleh padahal itu larangan. Sahabat Dliror bin Azwar berkata, “Barang siapa menyembah Allah padahal dia tidak tahu ilmunya (bodoh) maka kerusakan yang ditimbulkannya itu lebih besar daripada kebaikannya”. Sebagaimana kata Watsilah bin Asqo’, “Orang yang beribadah tanpa ilmu fiqih itu seperti himar yang digunakan menggiling tepung”.

islamiro

Menegakkan ajaran Islam menurut paham Ahlussunnah Wal Jama'ah di tengah-tengah kehidupan masyarakat, di dalam wadah NKRI

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak